Master Dwiyono
Senin, 01 April 2019
Radio Digital
Radio Digital
Walau siaran radio analog masih banyak diminati,
kedepanya setahap demi setahap semua siaran radio analog akan tergantikan
dengan siaran radio digital yang lebih baik dari analog.
DAB
merupakan sistem penyiaran radio digital dengan melalui aplikasi multiplexing
dan teknik kompresi (codec), menggabungkan sejumlah audio/data stream kedalam
satu kanal broadcast yang selanjutnya disebut sebagai DAB MUX (Multiplexer).
Setiap station menempati slot di multiplexer dengan
bit rate yang sama atau berbeda sesuai kebutuhan. Dengan adanya penggunaan
kompresi (codec) pada siaran radio digital maka meningkatkan kualitas suara
siaran juga memperlebar rentang frekuensi antar station karena siaran radio
digital hanya memerlukan kurang lebih 60 KHz, sedangkan radio analog memerlukan
350 KHz.
Penyiaran radio digital mengubah informasi
analog menjadi angka-angka biner yang nilainya selalu berubah sesuai dengan besaran sinyal
audio analog yang masuk.
Sistem pemancar radio digital mengubah atau
menyandikan sinyal audio analog yang masuk menjadi sinya
digital (bilangan biner). Proses ini disebut sebagai code.
Setelah studio mengirim sinyal digital ke pemancar, pemancar radio
digital memproses/menumpangkan sinyal audio digital tersebut
pada sinyal pembawa untuk dipancarkan. Proses ini disebut modulation.
Sistem penerima radio digital menerima pancaran
dan memisahkan sinyal digital dari pembawanya, proses ini disebut demodulation.
Pesawat penerima radio digital menguraikan kembali (decode)
sinyal digital menjadi sinyal audio analog kembali. Proses ini disebut decode.
Proses penginterpretasian
sinyal analog menjadi sinyal digital dan penguraian kembali dari sinyal digital
menjadi sinyal analog disebut CODEC (COde
–DECode).
Terdapat beberapa cara untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal
digital. Cara-cara ini dapat diuraikan secara matematis yang disebut dengan Algorithm (Algoritma). Dalam
menggunakan algoritma,
para pakar dan teknisi dapat membuang komponen-komponen sumber
sinyal audio digital yang tidak diperlukan dan hanya meninggalkan bagian-bagian
yang penting saja untuk dipancarluaskan melalui antena dan selanjutnya direproduksi pada pesawat
penerima radio atau pada alat pemutar rekaman.
Algoritma CODEC sangat
membantu konsep ini dengan memisahkan dan tidak memancarkan suara-suara yang
tidak diperlukan tanpa mengurangi kualitas suara audio yang telah disandikan (decode)
menjadi informasi analog pada pesawat penerima.
Proses pengurangan bit ini dikenal dengan istilah kompresi. Kompresi akan
mengurangi sinyal yang masuk menjadi komponen-komponen penting sedemikian rupa
yang berkibat pada berkurangnya lebar pita
saluran transmisi.
Kompresi sinyal audio ini menjadi sangat penting untuk mengurangi lebar
pita transmisi siaran digital.
Beberapa jenis kompresi algoritma sistem pengolahan sinyal audio secara
digital yang kita kenal adalah AAC, PAC, MP-3 atau HDC. Ini semua merupakan nama dagang
dari sistem kompresi informasi audio digital dan untuk menyatakan hak cipta intelektual
dan sekaligus untuk membedakan masing-masing cara kodefikasi algoritma di antara
beberapa sistem tadi.
Dengan menggunakan HD-Radio secara digital, sinyal yang telah
dimodulasikan pada frekuensi pembawa
sama dengan frekuensi analog yang ada.
Untuk memaksimalkan
keunggulan pemrosesan sinyal digital, kabel fiber optic
dipasang di seluruh bagian pusat siaran (broadcast centre). Dibanding
kabel tembaga, fiber optic sangat tahan terhadap interferensi
frekuensi radio dan dengung yang ditimbulkan oleh perangkat-perangkat
listrik.
Digital Audio Broadcasting dirancang sejak awal tahun
1981 oleh konsorsium penyiaran Eropa di Institut für Rundfunktechnik (IRT).
KELEBIHAN siaran
radio digital dibandingkan radio analog:
a.
Kualitas suara siaran radio digital jauh lebih baik
karena diterapkannya codec audio yang lebih baik, juga lebih lebih tahan
terhadap noise, interferensi co-channel dan multipath dibandingkan dengan radio
analog.
Bahkan kualitas suara radio digital
mendekati dengan kualitas suara dari CD.
b.
Siaran radio digital dapat dilengkapi layanan transmisi
data atau "radiotext " atau di DAB dikenal dengan nama Dynamic Label
Segment (DLS).
DLS dapat digunakan
untuk infomasi lagu yang sedang diputar, informasi perjalanan dan lalu lintas,
EPG, runing text. Bahkan
peneliti di Jepang menggunkan DSL ini untuk penyebaran informasi potensi
bencana seperti gempa atau tsunami secara cepat kepada masyarakat.
c.
Siaran radio digital lebih stabil dibanding yang analog
, bahkan dapat di tangkap dengan baik pada kendaraan yang berjalan dengan
kecepatan 300 km/jam tanpa gangguan.
Selain itu
frekuensi yang digunakan oleh radio digital memiliki Single Frequency Network,
sehingga pada satu kanal (saluran) dapat diisi oleh lima sampai enam program
radio. Sehingga penggunaan rentang frekuensi radio lebih kecil dibanding analog
dan bisa lebih menampung banyak siaran radio daripada yang analog.
d.
Biaya daya pancar atau transmiter yang sangat rendah,
dan efiesiansi infrastruktur atau power consumption lebih rendah sehingga
meninimalkan biaya produksi dari station radio.
KELEMAHAN:
a.
Siarannya tidak bisa menyiarkan suara atau musik yang
berasal dari format mono, sedangkan di radio analog FM tidak menjadi masalah
karena radio analog FM dapat menyiarkan yang mono maupun yang stereo.
b.
Siaran radio juga dapat bermasalah pada kulitas
penerima akibat adanya kesalahan coding sehingga siaran yang diterima menjadi
kurang baik, oleh karena itu dikembangkan DAB+ yang lebih baik dalam
mengkoreksi coding agar siaran yang diterima baik.
c.
Siaran radio
digital juga rawan akan delay pada penerima siarannya akibat adanya waktu jeda
sinyal yang dibawa dari multiplexer ke trasmitter yang berbeda.
d.
Siaran radio
digital masih terkendala dengan codec atau kompresi audio yang digunakan.
Pada awalnya
siaran radio digital atau DAB menggunakan MPEG-1 Audio Layer II (MP2) dengan
bitrate 128 kbps, karena codec MP2 adalah codec berlisensi maka terjadi
permasalahan pada
panggunaan codec. Kemudian ada
pengembangan
dari DAB yaitu DAB+ yang menggunakan codec yang lisensinya tak seketat MP2
yaitu ACC+ dengan bitrate 64 Kbps yang lebih baik dari MP2.
Tetapi
sayangnya antara teknologi DAB dan DAB+ tidak kompatibel, sehingga
untuk alat penerima radio digital bila hanya mendukung siaran DAB maka tidak
dapat menangkap siaran DAB+.
Oleh karena
itu alat penerima radio digital harus mendukung DAB dan DAB+ bila ingin dapat
menangkap siaran radio digital dari teknologi yang berbeda sehingga tentu saja
harga alat penerima ini menjadi mahal.
Untuk siaran radio digital di Indonesia belum seperti
siaran TV digital yang sudah di gunakan walaupun dalam tahap terbatas, radio
digital hanya baru tahap uji coba oleh anggota Forum Radio Jaringan Indonesia
(FRJI) pada Maret-Mei 2006.
Regulasi atau peraturan mengenai
radio digital pun belum ada ada dari pemerintah, tidak seperti siaran TV digital
yang sudah jelas regulasinya.
Padahal estimasi penggunaan siaran
radio analog FM hanya sampai 2020, padahal siaran
radio digital ini mulai banyak digunakan di beberapa negara di Eropa.
ULANGAN Perekayasaan Sistem Radio dan Televisi
Kompetensi Keahlian :
Teknik Audio Video (TAV)
Kelas / Tingkat :
XI
Mata Pelajaran :
Perekayasaan Sistem Radio dan Televisi
Kompetensi Dasar :
- Menginterprestasikan karakteristik gelombang frekuensi
radio
- Menginterprestasikan
saluran transmisi (transmission lines) gelombang elektromanetik penerima radio
Jawablah
soal-soal berikut ini dengan jelas!
1. Jelaskan yang
dimaksud dengan ”Sinyal RF”!
2. Apa saja yang
menjadi sifat-sifat gelombang elektromagnetik atau sinyal RF?
3. Sinyal RF (Radio
Frequency) mempunyai karakteristik yang ditetapkan oleh hukum fisika, bahwa
pada setiap sinyal RF memiliki elemen atau unsur apa saja?
4. Jelaskan yang
dimaksud dengan ”Propagasi Gelombang Radio”!
5. Sebutkan metoda
atau cara perambatan/propagasi gelombang
radio!
Minggu, 10 Maret 2019
Langganan:
Postingan (Atom)